Seluruh Arsip

Syariat adalah dzikir

dari inbox emailku:

Syariat adalah dzikir

Syariat adalah dzikir
Setiap yang Anda lakukan sesuai Syariat adalah dzikir, bahkan kalau itu hanya perbuatan biasa seperti berjual-beli. (Sheikh Ahmad Sirhindi).

Dzikir berarti mengingat Allah selamanya, dan berusaha tak melupakan-Nya. Eling, eling, istilah orang Jawa. Untuk itu, kadang dengan tasbih berputar-putar di tangan, kita mengulang-ulang ungkapan nafi wa istbat (peniadaan dan penegasan ketuhanan Allah, yakni la ilaha illa Allah), atau kita sekadar mengulang-ulang kata ''Allah,'' ism dzat.

Namun, tokoh sufi pembaharu Sheikh Ahmad Sirhindi tak berhenti pada dzikir dalam pengertian konvensional itu. Selanjutnya, mujaddid yang lahir di Punjab, India, 26 Mei 1564 ini membagi dzikr menjadi dua: mengucapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah seperti pengertian di atas tadi, serta menaati semua perintah-Nya dan memenuhi kehendak-Nya.

Yang agak mengejutkan, Sheikh Ahmad sampai pada kesimpulan ada saat-saat di mana kita berdosa mengucapkan dzikir. Baginya, mengucapkan dzikir dalam situasi orang lain membutuhkan kita boleh dikata sebagai dosa. Ini hampir sama dengan larangan untuk berpuasa atau salat pada saat-saat tertentu. Begitu pula sebaliknya.

Ia menyebut contoh, menyelamatkan orang buta yang berdiri selangkah di pinggir mulut sumur, lebih baik dari mengingat Allah. Allah tidak membutuhkannya atau dzikirnya, sementara orang buta membutuhkan bantuan, memerlukan seseorang untuk menyelamatkannya, khususnya orang yang terpilih sebagai penyelamat yang diberi kesempatan untuk berada di dekatnya.

Menyelamatkan orang buta dalam situasi tadi merupakan bentuk dzikir juga, karena perbuatan itu mematuhi perintah Allah. Dalam berdzikir dengan menyebut nama Allah, kita hanya melaksanakan satu tugas, yakni tugas kepada Allah. Namun bila kita berusaha menyelamatkan orang, kita telah melakukan dua tugas sekaligus: tugas kepada Allah dan tugas pada manusia.

Setiap perbuatan yang sesuai dengan perintah Allah mestinya dimaksud hanya untuk mengingat Allah. Bahkan berjual-beli dan berdagang di mana kita melaksanakan Syariat adalah dzikir. Demikian pula, menikah atau cerai yang dilaksanakan sesuai hukum Syariat pun merupakan dzikir.

Dzikir dengan menyebut nama-nama Allah memang lebih efektif dalam menimbulkan kecintaan pada Allah dan memperoleh kedekatan-Nya. Namun, dzikir macam ini hanyalah cara (wasilah) ke dzikir yang merupakan penaatan pada hukum-hukum Syara' di dalam kehidupan.

Alasannya, kita mustahil melaksanakan hukum Syara' di semua persoalan kecuali kita memiliki kecintaan kuat kepada Pembuat Syariat. Dan kecintaa kuat pada Allah bergantung pada dzikr (mengingat) Allah dengan mengucapkan nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Keduanya saling terkait. - ah.mr-republika


Tidak ada komentar:

Posting Komentar


____________Toko Produk-Produk Cantik

Postingan Populer