Seluruh Arsip

: Etika Berorganisasi

leh KH Didin Hafidhuddin
 
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang secara naluriah memiliki keinginan kuat untuk saling berinteraksi, saling mengenal satu dengan yang lainnya, saling memahami, saling memberi, dan saling menerima. Inilah yang dimaksud dengan taaruf.

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS Al-Hujurat: 13).

Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, taaruf bisa berkembang menjadi sebuah organisasi yang bertujuan untuk mencapai cita-cita bersama (dalam rangka kemaslahatan dan kesejahteraan hidup), apa pun landasan dan bingkai dari organisasi tersebut. Ada organisasi politik (parpol), sosial kemasyarakatan seperti dakwah, pendidikan, dan ekonomi (ormas), ada yang berlandaskan kepada profesi, keahlian tertentu (organisasi profesi), serta berdasarkan pada kedaerahan (sering disebut paguyuban).

Cita-cita, tujuan, dan keinginan organisasi tersebut akan berhasil bila berlandaskan pada etika dan akhlak berorganisasi, terutama bagi para pengurus dan anggotanya.

Pertama, visi dan misi yang jelas. Apabila sebuah organisasi Islam secara tegas menyatakan Islam sebagai landasan, maka harus tecermin pada visi dan misinya, yaitu melaksanakan ajaran Islam pada semua aktivitas yang dilakukannya. Yakni, Islam yang rahmatan lil'alamin, toleran dan menghargai perbedaan, serta menghargai kerja keras dan keterbukaan.

Semua hal tersebut adalah ciri yang melekat pada ajaran Islam. Karena itu, semua organisasi Islam tidak perlu lagi untuk menyatakan dirinya sebagai organisasi yang terbuka, karena memang Islam itu adalah agama yang terbuka (inklusif).

Adanya anggapan bahwa Islam itu ekslusif adalah karena kurangnya memahami nilai-nilai dan spirit Islam, sekaligus tidak memiliki kepercayaan diri untuk menyatakan Islam sebagai label aktivitasnya.

Kedua, visi dan misi itu harus tecermin pada perilaku pengurus maupun anggotanya. Kejujuran, keamanahan, keterbukaan, kesederhanaan, dan keberanian untuk menyatakan yang salah itu salah dan yang benar itu benar. Perilaku tersebut akan merupakan representasi dari label dan nama dari organisasi itu.

Ketiga, menghindari pertentangan yang membawa pada perpecahan. Sebab, hal ini hanya akan mengakibatkan kelemahan yang berdampak pada kegagalan. Apalagi untuk mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari baik pribadi, keluarga, maupun masyarakat dan bangsa.

"Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS Al-Anfaal; 46).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


____________Toko Produk-Produk Cantik

Postingan Populer