Oleh Muhammad Kosim MA
Setiap Muslim pasti menginginkan menjadi hamba yang saleh. Bahkan, sesudah kita berwudlu untuk menghadap dan berdialog dengan Allah (shalat), kita disunahkan berdoa kepada-Nya. Salah satu doa tersebut adalah 'dan jadikanlah aku termasuk kelompok hamba-Mu yang saleh". Jangankan sebagai manusia biasa, Nabi Ibrahim AS pun berdoa: "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh." (QS Asy-Syu'ara [26]: 83).
Untuk menjadi hamba yang saleh, perlu diketahui kriteria hamba-hamba yang saleh tersebut. Dengan memahami kriteria tersebut, diharapkan kita berupaya untuk melakukannya sehingga di hadapan Allah kita termasuk dalam golongan hamba-hamba yang saleh.
Adapun kriteria hamba yang saleh, disebutkan oleh Allah dalam Alquran surah Ali Imran [3] ayat 113-114. Dalam ayat ini, disebutkan tujuh kriteria hamba yang saleh. Pertama, orang yang berlaku lurus (memiliki karakter istikamah). Yakni, teguh pendirian, konsisten, dan komitmen dalam meyakini dan melakukan kebenaran.
Kedua, senantiasa membaca ayat-ayat Allah, baik yang qauliyah (naqliyah), maupun ayat-ayat kauniyah (aqliyah). Ketiga, mereka yang senantiasa sujud di tengah keheningan malam, dengan melaksanakan shalat malam.
Keempat, beriman kepada Allah. Setiap perbuatan dan tingkah lakunya dilandasi dengan zikir (ingat) Allah. Dengan demikian, zikir itu akan menjadi alat kontrol dan stabilitator baginya dari berbagai kemaksiatan dan dosa.
Kelima, beriman kepada hari akhir. Kehidupannya senantiasa beroritenasi akhirat dan jangka panjang. Ia mengisi waktunya dengan kegiatan positif yang bernilai ibadah.
Keenam, mengajak orang lain untuk berbuat baik dan menghindari kejahatan atau kemaksiatan. Ia harus menjadi teladan, sehingga orang lain bisa mengikutinya. Ketujuh, bersegera melakuan kegiatan positif. Hamba yang saleh tersebut senantiasa berlomba-lomba melakukan kebaikan yang dilandasi dengan keikhlasan karena untuk Allah SWT.
Tujuh karakter di atas merupakan karakter hamba yang saleh. Dari ayat ini pula dapat disimpulkan bahwa kesalehan tersebut mencakup dua hal, yaitu kesalehan ritual dan kesalehan sosial. Wallahu alam.
Seluruh Arsip
-
►
2016
(31)
- ► Maret 2016 (2)
- ► Februari 2016 (13)
- ► Januari 2016 (15)
-
►
2013
(45)
- ► April 2013 (28)
- ► Maret 2013 (9)
- ► Februari 2013 (1)
- ► Januari 2013 (6)
-
►
2012
(155)
- ► Desember 2012 (5)
- ► November 2012 (21)
- ► Oktober 2012 (13)
- ► September 2012 (9)
- ► Agustus 2012 (5)
- ► April 2012 (14)
- ► Maret 2012 (13)
- ► Februari 2012 (23)
- ► Januari 2012 (22)
-
►
2011
(27)
- ► Desember 2011 (2)
- ► Maret 2011 (3)
- ► Februari 2011 (8)
- ► Januari 2011 (4)
-
▼
2010
(123)
- ► Desember 2010 (5)
- ► November 2010 (4)
- ► Oktober 2010 (3)
- ► September 2010 (2)
- ► Agustus 2010 (9)
-
▼
Mei 2010
(9)
- : Korupsi, Musuh Bersama Umat Islam
- : Tujuh Kriteria Hamba Saleh
- : Penerapan Konsep Polisi Masyarakat
- : Gambaran Wajah Nabi Muhammad SAW
- Dinasti Sanjaya, Sriwijaya, Kutai, dan Tarumanegara
- : Etika Bepergian
- Jenis-jenis tanah di Pulau Irian (Irian Jaya)
- Sekilas Sejarah Pengembangan Tes (Psikologi)
- Ragam Tes Psikologis - berbagai macam jenis tes ps...
- ► April 2010 (6)
- ► Maret 2010 (13)
- ► Februari 2010 (15)
- ► Januari 2010 (15)
-
►
2009
(107)
- ► Desember 2009 (12)
- ► November 2009 (11)
- ► Oktober 2009 (16)
- ► September 2009 (27)
- ► Agustus 2009 (10)
[iklan]
: Tujuh Kriteria Hamba Saleh
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Postingan Populer
-
Dalam pengertian penjualan reguler menurut M. Ichwan dan Arifin adalah: “Peningkatan jumlah aktiva atau penurunan jumlah utang suatu badan ...
-
5) Ciri-ciri desain Ciri-ciri khusus pada busana dapat kita amati untuk menentukan desain yang benar karena terlihat sama atau serupa tapi ...
-
Kutang: Tunik, Kandys, Kandys – bentuk pakaian yang tertua Bentuk dasar kutang merupakan bentuk pakaian yang tertua, b...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar